Pengaruh Beberapa Media Terhadap Pertumbuhan Populasi Maggot (Hermetia illucens)

Pengaruh Beberapa Media Terhadap Pertumbuhan Populasi Maggo
(Hermetia illucens)

Dodi Ahmad Setiawibowo
Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor, Bogor 

ABSTRAK
Maggot atau larva black soldier fly merupakan salah satu organisme yang
memenuhi persyaratan sebagai pakan alami.  Akan tetapi, selama ini budidaya
maggot belum berkembang. Praktikum ini bertujuan untuk menguji beberapa
nutrient sebagai media budidaya maggot.  Media  yang digunakan untuk
menumbuhkan maggot dalam praktikum ini antara lain bungkil kelapa sawit, dan
dedak. Seluruh media ditimbang sebanyak satu kilogram, kemudian ditambahkan
air sebanyak 1 liter dan diletakkan dalam ember. Selanjutnya media ditempatkan
pada daerah yang diduga terdapat lalat black soldier. Budidaya dilakukan
selama 21 hari dengan 2 ulangan, kemudian dilihat produksinya. Dari praktikum
ini didapatkan data produksi maggot dengan media bungkil kelapa sawit  rata-
rata 305,5 gram  dan media dedak  rata-rata  205 gram.  Berdasarkan hasil dari
praktikum ini dapat disimpulkan bahwa media kelapa sawit dan dedak berpotensi
untuk menjadi media budidaya maggot. 

Kata kunci: maggot, tepung bungkil kelapa sawit, dedak, produksi 


PENDAHULUAN

Keberhasilan usaha pembenihan umumnya sangat ditentukan oleh penyediaan pakan alami yang sesuai dengan kualitas, kuantitas, dan ketepatan dalam pemberian. Selama ini, sumber protein produk pakan untuk ikan sangat bergantung pada tepung ikan. Padahal harga tepung ikan semakin mahal. Menurut data yang diperoleh dari Departemen Kelautan dan Perikanan 2006, impor tepung ikan Indonesia mencapai 88.902 ton. Hal ini menunjukkan ketergantungan Indonesia dalam pengadaan bahan pembuat pakan. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain sebagai sumber protein sebagai pengganti tepung ikan.
Maggot atau larva dari lalat black soldier fly (Hermetia illicens) merupakan salah satu alternatif pakan yang memenuhi persyaratan sebagai sumber protein. Murtidjo (2001) menyebutkan bahwa bahan makanan yang mengandung protein kasar lebih dari 19 %, digolongkan sebagai bahan makanan sumber protein. Berdasarkan hasil proksimat maggot yang telah dilakukan, Sugianto (2007) menyebutkan bahwa maggot yang dikultur dengan menggunakan bungkil kelapa sawit terfermentasi memiliki kandungan protein 38,32 %.
Maggot merupakan salah satu jenis pakan alami yang memiliki protein tinggi. Maggot mengandung 41-42% protein kasar, 31-35% ekstrak eter, 14-15% abu, 4.8-5.1% kalsium, dan 0.60-0.63% fosfor dalam bentuk kering (Bondari dan Shepard, 1987). Berdasarkan kandungan protein tersebut, maka maggot layak dijadikan sebagai bahan pakan sumber protein. Hal ini tentunya akan berdampak positif apabila maggot dapat digunakan untuk mensubstitusi penggunaan tepung ikan yang harganya relatif mahal.
Menurut Oliver (2004) larva lalat Black soldier dapat digunakan untuk mengkonversi limbah seperti limbah industri pertanian, peternakan, ataupun kotoran manusia. Atas dasar itulah maka dalam praktikum ini dicobakan beberapa bahan hasil limbah industri pertanian sebagai substrat tempat budidaya maggot.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tepung bungkil kelapa sawit dedak terhadap pertumbuhan populasi maggot (Hermetia illucens). Setelah diketahui media yang baik untuk produksi maggot diharapkan maggot dapat diproduksi secara massal dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan alternatif pengganti tepung ikan sebagai sumber protein pada pakan ikan.



METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan mulai 14 Mei 2008 sampai 4 Juni 2008, bertempat di dekat tempat pembuangan sampah dan hutan, Departeman Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.


Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah ember, kawat, bambu, plastik, gunting, freezer, saringan dan timbangan. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah tepung bungkil kelapa sawit, dedak, daun pisang kering, dan air.


Tahapan Kegiatan
Media budidaya sebanyak 1 kg dimasukkan ke dalam ember, ditambahkan air sebanyak 1 liter dan diaduk hingga merata. Media ditutup dengan menggunakan daun pisang yang sudah kering untuk tempat induk menetaskan telurnya dan ember ditutup dengan menggunakan kawat dan plastik untuk menghindari panas dan hujan yang lebat. Ember disimpan ditempat yang tidak terlalu panas dan tempat yang agak lembab serta didiamkan selama 3 minggu. Pengamatan dilakukan setiap 3 hari sekali untuk memastikan ada atau tidaknya maggot.
Setelah 3 minggu, dilakukan pemanenan maggot dengan cara ember yang terdapat maggot ditambahkan air kemudian disaring sambil dibilas sampai benar-benar yang tersisa maggotnya saja. Maggot yang telah bersih ditimbang bobotnya dan dimasukkan ke dalam freezer untuk diawetkan/dimatikan. Apabila maggot tersebut akan dibuat pakan buatan maka maggot yang sudah diawetkan/dimatikan dalam freezer dijemur, setelah kering digiling dan dicetak dengan menggunakan mesin pakan. Pellet maggot siap digunakan.

HASIL
Tabel 1. Data praktikum maggot selama perlakuan 3 minggu
Bahan
Bobot atau jumlah maggot
Lokasi I
Lokasi II
Bungkil kelapa sawit
30 gr
581 gr
Dedak
220 gr
210 gr

            Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan biomassa maggot yang berbeda-beda pada setiap perlakuan. Biomassa maggot terbanyak dihasilkan dari penggunaan media PKM (Palm Kernel Meal) yang mencapai 581 gram pada Lokasi II.


PEMBAHASAN
Maggot merupakan larva dari Black Soldier Fly (Hermetia illucens). Menurut Oliver (2004) larva lalat Black soldier dapat digunakan untuk mengkonversi limbah seperti limbah industri pertanian, peternakan, ataupun kotoran manusia. Sedangkan DuPonte (2003) menyebutkan bahwa makanan utama dari larva dari lalat ini adalah kotoran ayam dan bahan-bahan organik. Budidaya maggot dapat dilakukan dengan menggunakan bungkil kelapa sawit. Dengan kondisi budidaya seperti ini, didapatkan kandungan nutrisi maggot yaitu 38% protein kasar, 35% lemakr, 9,13% abu, 7,8% air, dan 10,85% serat kasar (Sugianto, 2007).
Dalam siklus hidupnya lalat Hermetia illucens memiliki lima stadia (Diener, 2007). Lima stadia tersebut yaitu fase dewasa, fase telur, fase prepupa, dan fase pupa. Dari ke-lima stadia tersebut stadia prepupa sering digunakan sebagai pakan ikan (Newton, 2005). Siklus hidup dari lalat Hermetia illucens dapat dilihat pada Gambar 1.




















Gambar 1. Siklus hidup lalat Hermetia Illucense
Berdasarkan hasil praktikum didapat bahwa sumber nutrien berupa bungkil kelapa sawit dan dedak berhasil dipanen pada hari ke-21 setelah pembuatan media maggot. Maggot yang dipanen pada perlakuan bungkil kelapa sawit memiliki bobot sebesar 581 gr pada lokasi II dan pada lokasi I diperoleh bobot sebesar 30 gr. Adanya perbedaan bobot maggot yang dipanen disebabkan wadah pada lokasi I terendam air hujan. Hal ini mengakibatkan media menjadi terlalu encer sehingga bukan maggot yang tumbuh melainkan larva nyamuk. Namun, perlu juga diperhatikan bahwa seiring dengan berjalannya waktu (bertambahnya hari) bahan organik yang tersedia ada yang sudah selesai dirombak, sedang atau bahkan belum dirombak sama sekali oleh bakteri pengurai sehingga diduga mempengaruhi jumlah makanan larva maggot.
Banyak faktor yang menentukan keberhasilan dalam budidaya maggot. Apabila dianalisa, hal utama yang menentukan ada tidaknya maggot yaitu ada tidaknya lalat black soldier fly (Hermetia illucens) disekitar lokasi kultur. Selain itu, kandungan nutrient dari media juga akan menentukan keberhasilan produksi. Hal ini dapat dilihat dari data hasil praktikum, yaitu bahwa terdapat perbedaan biomassa panen dalam kurun waktu yang sama antara penggunaan tepung bungkil kelapa sawit (PKM) dan dedak sebagai media kultur.
Dalam menumbuhkan pakan alami diperlukan nutrien. Nutrien merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada komposisi biokimia pakan alami (dalam hal ini maggot). Kondisi nutrien yang optimum sangat penting untuk mendapatkan nilai produktivitas maggot yang tinggi disertai dengan kualitas biomassa yang baik. Sumber nutrien yang bisa digunakan untuk menumbuhkan maggot adalah yang banyak mengandung bahan organik yang membusuk termasuk bangkai dan sisa-sisa tumbuhan atau sampah (DuPonte, 2003). Perbedaan biomassa panen yang dihasilkan antara penggunaan Palm Kernel Meal dan dedak diduga karena Palm Kernel Meal memiliki kandungan nutrien yang lebih baik jika dibandingkan dengan dedak. Perbandingan kandungan nutrien Palm Kernel Meal dan dedak dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan nutrient Palm Kernel Meal dan dedak

Palm Kernel Meal
Dedak
Protein kasar
15,5%
12-14%
Lemak
6,9%
7-19%
Abu
5,4%
9-12%
Serat kasar
24,1%
8-13%
BETN
48,1%
64-42%
Sumber    : O’Mara et. al. (1999) dan Murni et. al. (2008)

Mau tidaknya black soldier fly (Hermetia illucens) untuk bertelur dalam media juga sangat menentukan keberhasilan produksi. Diduga lalat black soldier fly (Hermetia illucens) hanya menyukai aroma media yang khas sehingga tidak semua media budidaya dijadikan tempat bertelur bagi black soldier fly (Hermetia illucens). Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartoyo dan Sukardi P. (2007) bahwa walaupun kandungan nutrient media cukup bagus namun jika aroma media tidak dapat menarik lalat untuk bersarang maka tidak akan dihasilkan maggot.
Budidaya maggot yang pernah berhasil dilakukan yaitu dengan menggunakan ampas tahu dan campuran ikan asin. Menurut Hartoyo dan Sukardi P. (2007) ikan asin dalam campuran ini berfungsi untuk menarik lalat agar mau bersarang dalam media yang sudah disediakan. Sedangkan ampas tahu dipilih karena selain harganya murah juga dikarenakan kandungan nutrient di dalamnya. Kandungan nutrient ampas tahu yaitu 23,55% protein, 5,54% lemak, 26,92% karbohidrat, 17,03% abu, 16,53% serat kasar, dan 10,43% air (www. Indopos.co.id). Selain itu, Newton et. al. (2005) melaporkan bahwa kotoran babi dapat dijadikan sebagai media kultur. Hal serupa juga telah berhasil dilakukan oleh ARE (2006). Oliver (2004) dalam penelitiannya menggunakan limbah dari restoran sebagai media kultur. Sedangkan Hem et. al. (2008) menggunakan palm kernel meal (PKM) sebagai media pemeliharaannya.
Ini maggot umur 21 hari







ini juga 21 hari












yang ini sudah tua 25-30 hari









KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa media nutrien berupa bungkil kelapa sawit dan dedak dapat digunakan sebagai media untuk budidaya maggot. Pemberian nutrien tersebut berpengaruh terhadap kepadatan popolasi dari maggot. Aroma media diduga mempengaruhi lalat black soldier untuk bertelur.


DAFTAR PUSTAKA

Agricultural and Resource Economics. 2006. Cost and Returns Analysis of Manure Management Systems Evaluated in 2005 under the North Carolina Attorney General Agreements with Smithfield Foods, Premium Standard Farms, and Front Line Farmers. North Carolina State University. Carolina

Bondari K. and Sheppard D. C. 1987. Soldier fly, Hermetia illucens L., larvae as feed for channel catfish, Ictalurus punctatus (Rafinesque), and blue tilapia, Oreochromis aureus (Steindachner). Aquaculture and Fisheries Management 1987, 18, 209-220

Diener S. 2007. Conversion of Organic Refuse by Saprophages. Eawag: Swiss Federal Institute of Aquatic Science and Technology. Costa Rica p.1.

DuPonte M.W. and Larish L.B. Tropical Agriculture and Human Resources (CTAHR). Hawaii

Hartoyo dan Sukardi P. 2007. Alternatif Pakan Ternak Ikan. www.indopos.co.id
Hem et. al. 2008. Bioconversion of palm kernel meal for aquaculture: Experiences from the forest region (Republic of Guinea). African Journal of Biotechnology Vol. 7 (8), pp. 1192-1198

Murni R., Suparjo, Akmal, dan Ginting B.L. 2008. Pemanfaatan Limbah sebagai Bahan Pakan Ternak 3. Laboratorium Makanan Ternak, Fakultas Peternakan,  Universitas Jambi

Murtidjo B. A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius: Yogyakarta

Newton G.L. 2005. The Black Soldier Fly, Hermetia Illucens, as A Manure Management / Resource Recovery Tool. Agricultural and Food Processing Wastes, Proceedings of the 8th International Symposium. ASAE, St Joseph, MO. ASAE, St Joseph, MO.


O’Mara, F.P., Muligan, F.J., Cronin, E.J., Rath, M. and Caffrey, P.J., 1999. The nutritive value of palm kernel meal measured in vivo and using rumen fluid and enzymatic techniques. Livestock Production Science, 60:305-316

Oliver P. A. 2004. The Bio-Conversion of Putrescent Wastes. ESR LLC. Washington. P. 1-90

Sugianto D. 2007. Pengaruh Tingkat Pemberian Maggot Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pemberian Pakan Benih Ikan Gurame (Osphronemus gouramy). [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor



 

2 Responses to "Pengaruh Beberapa Media Terhadap Pertumbuhan Populasi Maggot (Hermetia illucens)"

  1. salam

    saya mahasiswa biologi di bandug, mau menanyakan apakah mas dot masih punya/memelihara larva H.illucens instar 1 ? atau yang masih telur ?
    saya sudah coba menangkap di bandung tapi ndak dapat.

    Kalau ada tolong informasinya. terima kasih

    ReplyDelete
  2. caranya gampang kok mas, kalau ada limbah kelapa sawit taroh aja. caranya kasih air dikit biar kayak adonan roti. diemin aja. entar si lalatnya nemplok di situ kok. telurnya kuning panjang panjang kayak beras mini. kalau susah cari limbah sawit bisa diganti dengan dedak aja mas. caranya juga sama.

    si lalat tersebar di seluruh Indonesia. waktu saya di batam saya juga jumpai lalat itu sampai di kampung halaman jateng saya juga pernah ketemu lalat itu. bentuknya mirip tawon kecil.

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel