TEKNIK PEMBENIHAN IKAN GURAME

Ikan gurame (Indonesian Giant Goramy, Osphronemus gouramy, Lac.)
merupakan salah satu ikan asli perairan Indonesia. Ikan ini berasal dari
kepulauan Sumatera, Jawa dan Kalimantan sedangkan penyebarannya sudah
meliputi Asia Tenggara, India, Cina, Madagaskar, Mauritius, Seychelles,
Australia, Srilanka, Suriname, Guyana, Martinique dan Haiti.
Ikan ini sudah lama dibudidayakan secara komersial sehingga pada beberapa
daerah sudah terbentuk kawasan pengembangan budidayanya. Daerah
kawasan pengembangan budidaya, antara lain: Jawa Barat (Bogor,
Tasikmalaya, Ciamis, Garut), Jawa Tengah (Cilacap, Banyumas, Banjarnegara,
Purbalingga), DI Yogyakarta (Kulonprogo, Bantul, Sleman), Jawa Timur (Tulung
Agung, Blitar, Lumajang), Sumatera Barat dan Riau.
Sejalan dengan pengembangan kawasan usaha budidaya gurame yang semakin
luas, maka kebutuhan induk dan benih juga semakin meningkat Untuk
memenuhi kebutuhan yang makin meningkat diperlukan pasokan benih dalam
jumlah yang cukup dan kualitas yang baik. Di sisi lain, teknik pendederan secara
tradisional hanya mampu menghasilkan tingkat kelangsungan hidup ukuran larva
sekitar 75%. Sehingga diperlukan adanya perbaikan teknik pembenihan ikan
gurame agar kesinambungan produksi dan kualitasnya dapat dipenuhi.



CIRI-CIRI JANTAN DAN BETINA
Ciri khas perbedaan paling mencolok antara induk jantan dengan induk betina
adalah benjolan di bagian kepala (dahi), bibir bawah tebal dan memerah pada
saat birahi dan tidak memiliki warna hitam pada ketiak sirip dada serta bila
bagian perut diurut ke arah genital dapat mengeluarkan cairan sperma berwarna
putih. Sedangkan pada ikan betina memiliki ciri-ciri sebaliknya.
Ikan jantan yang siap menjadi induk memiliki ciri-ciri: panjang standar 30-35 cm,
berumur 24-30 bulan dan bobot 1,5-2 kg. Sedangkan induk betina memiliki ciriciri:
panjang standar 30-35 cm, berumur 30-36 bulan dan bobot 2-2,5 kg. Dalam
pemijahan sebaiknya digunakan induk yang sudah mencapai berat sekitar 3 kg
(betina) dan 4-5 kg (jantan).
Induk dapat dipelihara pada kolam tembok/tanah baik secara masal maupun
berpasangan dengan perbandingan jantan : betina = 1 : 4. Pakan yang diberikan
berupa pelet terapung (kadar protein > 28%) sebanyak 2% biomass/hari dan
daun sente/talas sebanyak 5% bobot biomass/hari.

PEMIJAHAN
Pemijahan dilakukan secara alami di kolam pemeliharaan induk. Kolam induk
diberi tempat dan bahan sarang. Tempat sarang berupa keranjang sampah plastik bulat diameter 20-25 cm atau tempat lain yang serupa dan ditempatkan
pada kedalaman 10-15 cm dibawah permukaan air. Bahan sarang berupa sabut
kelapa, ijuk atau bahan lain yang dapat dibuat sarang yang ditempatkan di
permukaan air sekitar tempat sarang. Ikan yang sudah siap memijah membuat
sarang untuk menampung telur.
Pengecekan telur dilakukan setiap pagi pada setiap sarang yang sudah dibuat
induk ikan dengan cara menusuk sarang atau dengan menggoyangkannya. Bila
keluar telur atau minyak maka pemijahan sudah terjadi dan sarang berisi telur.
Sarang yang berisi telur dikeluarkan dari tempat sarang secara perlahan untuk
dipindahkan ke dalam waskom plastik yang telah diisi air kolam induk. Secara
perlahan sarang dibuka sampai telur keluar dan mengapung di permukaan air.
Telur-telur tersebut diambil dengan menggunakan sendok untuk dipindahkan ke
dalam wadah penetasan berupa corong dari fiber glass atau akuarium yang
sudah diisi dengan air bersih.

PENETASAN TELUR DAN PEMELIHARAAN LARVA
Kepadatan telur selama proses penetasan adalah 4-5 butir/cm2 dengan
pemberian aerasi kecil. Telur menetas dalam selang waktu 24-48 jam
tergantung suhu media penetasan. Sebaiknya suhu dipertahankan pada kisaran
29-30°C untuk meningkatkan derajat penetasan telur.
Larva dapat dipindahkan ke wadah yang lebih besar setelah berumur 7-9 hari
untuk pemeliharaan selanjutnya. Pemberian pakan dimulai setelah larva
dipindahkan. Pakan yang diberikan berupa cacing rambut (Tubifex sp.), Daphnia
sp., Moina sp., atau pakan alami lainnya yang sesuai ukurannya.

PEMELIHARAAN BENIH
Benih gurame dapat dipelihara di akuarium, bak kayu yang dilapisi plastik, bak
tembok atau ditebar langsung ke kolam pendederan. Pemeliharaan benih pada
wadah terkontrol harus dilengkapi dengan aerasi untuk suplai oksigen dan
terhindar dari kontak langsung dengan hujan.
Pakan awal berupa cacing rambut, Daphnia sp., Moina sp., atau sumber protein
hewani lainnya. Bahan-bahan nabati dapat mulai diberikan setelah larva
berumur 36-40 hari. Sedangkan pakan buatan (pelet) dapat diberikan setelah
berumur 80 hari. Ukuran pelet disesuaikan dengan bukaan mulut ikan.
Lama pemeliharaan dan benih yang dihasilkan antara lain: benih berumur 40 hari
dapat mencapai ukuran 1-2 cm (setara ukuran kuku). Benih berumur 80 hari
dapat mencapai ukuran 2-4 cm (setara ukuran jempol). Benih berumur 120 hari
dapat mencapai ukuran 4-6 cm (setara ukuran silet). Dan benih berumur 160 hari
dapat mencapai ukuran 6-8 cm (setara ukuran korek di masyarakat).

PENANGANAN KUALITAS AIR & PENYAKIT
Dalam pemeliharaan benih gurame diperlukan kualitas air yang relatif stabil
terutama suhu yaitu 28-29 oC. Fluktuasi suhu yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan kondisi kesehatan ikan terganggu dan mudah terserang penyakit.
Indikasi yang terlihat diantaranya nafsu makan berkurang, ikan berkumpul di
permukaan dan ekor berwarna hitam. Organisme penyakit yang biasanya
terdeteksi antara lain: Trichodina sp., Ichthyopthirius sp., Aeromonas sp., dll.
Pengobatan ikan yang terserang penyakit harus disesuaikan dengan organisme
penye babnya. Beberapa bahan yang dapat di gunakan dalam pengobatan benih
gurame melalui perendaman selama 24 jam antara lain: garam (1000 ppm) atau
formalin (25 ppm).

Sumber : BBPBAT Sukabumi

0 Response to "TEKNIK PEMBENIHAN IKAN GURAME"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel